Teh Daun Katuk Pengaruh Teh daun Katuk terhadap Kecukupan ASI pada Bayi umur 0 sampai 6 bulan di Puskesmas Lahei II Kabupaten Barito Utara
The Effect of Katuk Leaf Tea on Breast Milk Adequacy in Infants Aged 0 to 6 Months at Lahei II Health Center in North Barito Regency
DOI:
https://doi.org/10.52263/jfk.v15i1.164Kata Kunci:
Katuk leaf teaAbstrak
PENGARUH TEH DAUN KATUK TERHADAP KECUKUPAN ASI PADA
BAYI UMUR 0 SAMPAI 6 BULAN DI PUSKESMAS LAHEI II
KAPUBATEN BARITO UTARA
Happy Marthalena Simanungkalit1, Irene Febriani2, Tiana Kaleluni3
Poltekkes Kemenkes Palangka Raya3
(tiakaleluni@gmail.com)
Abstrak
Latar Belakang : Manfaat pemberian ASI menurut WHO melindungi bayi dari kuman, menyediakan nutrisi lengkap, jaminan asupan higienis dan aman, membuat bayi tumbuh sehat dan cerdas, mengurangi resiko kanker, membantu member jarak kelahiran, menghemat biaya. Katuk merupakan tanaman kearifanlokal (indigenous), yang populer di kawasan Asia Selatan dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Tanaman ini memiliki banyak manfaat terutama untuk meningkatkan produksi ASI bagi ibu menyusui sehingga ibu dapat memenuhi kecukupan ASI untuk bayinya.
Tujuan : Untuk mengetahui pengaruh teh daun katuk terhadap kecukupan ASI pada bayi 0 sampai 6 bulan di Puskesmas Lahei II Kabupaten Barito Utara.
Metode : Penelitian ini menggunakan desain penelitian quasy eksperiment atau eksperimen semu dengan pretest posttest non equivalent control group design. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan total sampel 17 ibu yang menyusui dengan mengkonsumsi teh daun katuk dan 17 ibu yang menyusui yang tidak diberikan perlakuan sebagai control. Penelitian ini dianalisis menggunakan Uji Wilcoxon.
Hasil : Statistik uji z yang dihasilkan sebesar -2.270 dengan probabilitas sebesar 0.023. Hal ini berarti probabilitas < α (0.05), dengan demikian dapat dinyatakan bahwa ada perbedaan yang signifikan kecukupan ASI hari ke 8 pada kelompok intervensi dengan kecukupan ASI hari ke 8 pada kelompok kontrol.
Kesimpulan : Ada perbedaan pemberian teh daun katuk terhadap peningkatan kecukupan ASI. Bagi ibu menyusui agar dapat mengkonsumsi teh daun katuk untuk meningkatkan produksi ASI agar dapat memberikan ASI eksklusif kepada bayinya hingga usia 6 bulan dan juga cara mengkonsumsi teh daun katuk ini lebih praktis.
XV + 68 hlm; 2021; 10 tabel
Daftar Pustaka: 43 buah (2015-2021)
Kata Kunci : ASI, Bayi, Teh daun katuk
THE EFFECT OF KATUK LEAF TEA ON ADEQUACY OF BREAST MILK
BABIES AGED 0 TO 6 MONTHS AT LAHEI II HEALTH CENTER
NORTH BARITO REGENCY
Abstract
Background : The benefits of breastfeeding according to WHO protect babies from germs, provide complete nutrition, guarantee hygienic and safe intake, make babies grow healthy and smart, reduce cancer risk, help give birth spacing, save costs. Katuk is a plant of local wisdom (indigenous), which is popular in South Asia and Southeast Asia, including Indonesia. This plant has many benefits, especially to increase milk production for nursing mothers so that mothers can meet the adequacy of breast milk for their babies.
Objective: To determine the effect of katuk leaf tea on the adequacy of breast milk in infants 0 to 6 months at Lahei II Public Health Center, North Barito Regency.
Methods: This study used a quasi-experimental or quasi-experimental research design with pretest posttest non-equivalent control group design. The sampling technique used purposive sampling with a total sample of 17 mothers who were breastfeeding by consuming katuk leaf tea and 17 mothers who were breastfeeding who were not given treatment as controls. This study was analyzed using the Wilcoxon test.
Results: The resulting z-test statistic is -2.270 with a probability of 0.023. This means that the probability is < (0.05), thus it can be stated that there is a significant difference in the adequacy of breastfeeding on the 8th day in the intervention group with the adequacy of breastfeeding on the 8th day in the control group.
Conclusion : There is a difference in giving katuk leaf tea to increase the adequacy of breast milk. For breastfeeding mothers, they can consume katuk leaf tea to increase milk production so that they can provide exclusive breastfeeding to their babies until the age of 6 months and also how to consume katuk leaf tea is more practical.
XV + 68 pages; 2021; 10 tables
Bibliography: 43 pieces (2015-2021)
Keywords : Breast milk, Baby, Katuk leaf tea
PENDAHULUAN
Pemberian ASI eksklusif merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan status gizi anak dalam 1000 Hari Pertama Kelahiran (HPK).
Menurut data profil kesehatan provinsi Kalimantan tengah cakupan ASI Eksklusif pada tahun 2018 sebesar 41,69%, tahun 2019 sebesar 49,25%, dan tahun 2020 mengalami penurunan menjadi 45,82%. Target cakupan ASI eksklusif di Puskesmas Lahei II untuk tahun 2017-2022 yaitu 85%. Tetapi, cakupan ASI eksklusif di Puskesmas Lahei II tahun 2020 yaitu 83,82% dan pada tahun 2021 mengalami penurunan yaitu menjadi 63,33% (Laporan Tahunan Puskesmas Lahei II Kabupaten Barito Utara, 2020).
Manfaat pemberian ASI menurut WHO melindungi bayi dari kuman, menyediakan nutrisi lengkap, jaminan asupan higienis dan aman, membuat bayi tumbuh sehat dan cerdas, mengurangi resiko kanker, membantu member jarak kelahiran, menghemat biaya (Anatolitou, 2012).
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan laju sekresi dan produksi ASI adalah melalui penggunaan tanaman local yang banyak terdapat di KalimantanTengah salah satunya yaitu Katuk.
Berbeda dengan sayuran daun lain, katuk dapat diproduksi sepanjang tahun, termasuk dimusim hujan (Duncanetal, 2012). Sehingga tanaman mudah dicari, didapatkan dan memiliki nilai ekonomis serta menjadi tanaman yang wajib ditanam terutama bagi warga kecamatan Lahei kabupaten Barito Utara yang sebagian besar warganya berladang/bertani, serta mereka percaya tanaman ini memiliki banyak manfaat terutama untuk meningkatkan produksi ASI bagi ibu menyusui sehinggu ibu dapat memenuhi kecukupan ASI untuk bayinya dimana Tiap 100 g daun katuk mengandung 59 kalori, 70 g air, 4,8 g protein, 2 g lemak, 11 g karbohidrat, 3111 g vitaminD, 0,10mg vitamin B6 dan 200 mg vitamin C (Kuswati, 2015). Kandungan protein dalam daun katuk berkhasiat untuk menstimulasi pengeluaran air susu ibu. Daun katuk dipercaya sebagai makanan yang dapat meningkatkan produksi ASI karena
Mengandung polifenolan senyawa steroid yang bersifat estrogenic sehingga mampu meningkatkan hormon prolaktin yang berperan dalam merangsang sel-sel pada payudara untuk memproduksi ASI (Sandra, 2015).
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, penelitian ini menggunakan desain penelitian quasy eksperiment atau eksperimen semu dengan pretest post test non equivalent control group designnya itu mengamati variable hasil pada kelompok intervensi dan kelompok control pada waktu yang sama (waktu pemberian the daun katuk) (Dharma, 2011).
Sampel dibagi menjadi dua kelompok, satu kelompok intervensi dan satu kelompok control. Kelompok intervensi diberikan perlakuan dengan memberikan teh daun katuk sedangkan kelompok control tidak diberikan teh daun katuk, kemudian dilakukan pengukuran menggunakan format isian saat hari ke 7 untuk melihat kecukupan ASI dengan mengkosumsi teh daun katuk dan kecukupan ASI dengan yang tidak mengkonsumsi teh daun katuk. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Lahei II pada bulan Februari sampai dengan Mei 2022. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu nifas pada bulan Oktober sampai Desember tahun 2021 dan Januari serta Februari 2022 di Puskesmas Lahei sebanyak 120 orang. Sampel dari penelitian ini adalah ibu menyusui yang memiliki bayi usia 0 sampai dengan 6 bulan dengan total sampel 34 sampel. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dan dianalisis dengan uji Wilcoxon.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
- Analisis Univariat
Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia
Variabel
Frekuensi
Persentase
Kelompok Intervensi
<20 tahun
2
11.8%
20-35 tahun
12
70.6%
> 35 tahun
3
17.6%
Total
17
100%
Kelompok Kontrol
<20 tahun
20-35 tahun
>35 tahun
5
10
2
29.4%
58.8%
11.8%
Total
17
100%
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa dari 17 ibu yang diberikan teh daun katuk atau kelompok intervensisebesar 11.8% responden berusia kurang dari 20 tahun, kemudian sebesar 70.6% responden berusia 20 sampai 35 tahun, dan sebesar 17.6% responden berusia lebih dari 35 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar ibu yang diberikan teh daun katuk berusia 20 sampai 35 tahun.
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa dari 17 ibu yang tidak diberikan teh daun katuk atau kelompok kontrol, sebesar 29.4% responden berusia kurang dari 20 tahun, sebesar 58.8% responden berusia 20 sampai 35 tahun dan sebesar 11.8% responden berusia lebih dari 35 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar ibu yang tidak diberikan teh daun katuk berusia 20 sampai 35 tahun.
Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Konsumsi Alkohol
Variabel
Frekuensi
Persentase
Kelompok Intervensi
Iya
3
17.6%
Tidak
14
82.4%
Total
17
100%
Kelompok Kontrol
Iya
Tidak
2
15
11.8%
88.2%
Total
17
100%
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa dari 17 ibu yang diberikan teh daun katukatau kelompok intervensi sebesar 17.6% responden mengkonsumsi alkohol, dan sebesar 82.4% responden tidak mengkonsumsi alkohol. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar ibu yang diberikan teh daun katuk tidak mengkonsumsi alkohol.
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa dari 17 ibu yang tidak diberikan teh daun katukatau kelompok kontrol sebesar 11.8% responden mengkonsumsi alkohol, dan sebesar 88.2% responden tidak mengkonsumsi alkohol. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar ibu yang tidak diberikan teh daun katuk tidak mengkonsumsi alkohol.
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Kecukupan ASI
Kecukupan ASI
Sebelum
Setelah
Frekuensi
Persentase
Frekuensi
Persentase
Kelompok Intervensi
Sangat kurang
Cukup ASI
Tidak cukup ASI
3
12
2
17.6%
70.6%
47.2%
0
13
4
0
76.5%
23.5%
Total
17
100%
17
100%
Kelompok Kontrol
Sangat kurang
Cukup ASI
Tidak cukup ASI
7
2
8
41.2%
11.8%
47.2%
0
11
6
0
64.7%
35.3%
Total
17
100%
17
100%
Berdasarkan tabel diatas, diketahui pada kelompok intervensi 17.% responden memiliki kecukupan ASI kategori sangat kurang, kemudian sebesar 70.6% responden memiliki kecukupan ASI kategori tidak cukup dan sebesar 11.8% responden memiliki kecukupan ASI kategori cukup ASI.
Berdasarkan tabel diatas pada kelompok intervensi setelah diberikan Teh Daun Katuk sebesar 23.5% responden memiliki kecukupan ASI kategori tidak cukup, dan sebesar 76.5% responden memiliki kecukupan ASI kategori cukup ASI.
Berdasarkan tabel diatas, diketahui pada kelompok kontrol sebesar 41.2% responden memiliki kecukupan ASI kategori sangat kurang, kemudian sebesar 47.1% responden memiliki kecukupan ASI kategori tidak cukup ASI dan sebesar 11.8% responden memiliki kecukupan ASI kategori cukup ASI. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar ibu yang tidak diberikan teh daun katuk memiliki kecukupan ASI kategori tidak cukup ASI. Berdasarkan tabel diatas juga diketahui sebesar 64.7% responden memiliki kecukupan ASI kategori tidak cukup pada hari dan sebesar 35.3% responden memiliki kecukupan ASI kategori cukup ASI.
Analisis deskriptif rata- rata kecukupan ASI hari ke 1 dan hari ke 8 pada kelompok intervensi dan kelompok Kontrol dapat dilihat pada grafik berikut :
Berdasarkan grafik diatas, diketahui bahwa rata-rata kecukupan ASI hari ke 1 pada kelompok intervensi sebesar 6.647, sedangkan rata-rata kecukupan ASI hari ke 8 sebesar 8.176. Kemudian rata-rata kecukupan ASI hari ke 1 pada kelompok kontrol sebesar 6.529, sedangkan rata-rata kecukupan ASI hari ke 8 sebesar 7.294.
- Pengujian Kenormalan Data Kecukupan ASI Hari ke-1 dengan Kecukupan ASI Hari ke-8 pada Kelompok Intervensi (Kelompok yang Diberikan Teh Daun Katuk)
Pengujian kenormalan data kecukupan ASI hari ke 1 dan kecukupan ASI hari ke 8 pada kelompok intervensi bertujuan untuk mengetahui normal tidaknya data tersebut. Pengujian kenormalan data dilakukan menggunakan Shapiro Wilk, dengan kriteria apabila nilai probabilitas >level of significance (alpha = 5%) maka data kecukupan ASI hari ke 1 dan kecukupan ASI hari ke 8 pada kelompok intervensi dinyatakan normal.
Hasil pengujian normalitas data kecukupan ASI hari ke 1 dan kecukupan ASI hari ke 8 pada kelompok intervensi dapat dilihat melalui tabel berikut :
Tabel 4.4 Pengujian Kenormalan Data
Normality Test of Kecukupan ASI
Kecukupan ASI
Shapiro Wilk
Sig.
Keterangan
Hari ke 1
0.909
0.095
Terpenuhi
Hari ke 8
0.901
0.071
Terpenuhi
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa pengujian normalitas data kecukupan ASI hari ke 1 dan kecukupan ASI hari ke 8 pada kelompok intervensi masing-masing menghasilkan statistik Shapiro wilk sebesar 0.909 dan 0.901 dengan probabilitas masing-masing sebesar 0.095 dan 0.071. Hal ini dapat diketahui bahwa pengujian normalitas data kecukupan ASI hari ke 1 dan kecukupan ASI hari ke 8 pada kelompok intervensi menghasilkan probabilitas > alpha (5%), sehingga data tersebut dinyatakan berdistribusi normal.
- Pengujian Hipotesis Pengaruh Kecukupan ASI Hari ke-1 dengan Kecukupan ASI Hari ke-8 pada Kelompok Intervensi (Kelompok yang Diberikan Teh Daun Katuk)
Pengujian hipotesis perbedaan kecukupan ASI hari ke 1 dengan kecukupan ASI hari ke 8 pada kelompok intervensi dilakukan menggunakan Paired T Test dengan hipotesis sebagai berikut
H1 : Ada perbedaan yang signifikan kecukupan ASI hari ke 1 dengan kecukupan ASI hari ke 8 pada kelompok intervensi.
Kriteria pengujian menyebutkan apabila probabilitas < α (5%) maka H0 ditolak dan H1 diterima, sehingga dapat dinyatakan bahwa ada perbedaan yang signifikan kecukupan ASI hari ke 1 dengan kecukupan ASI hari ke 8 pada kelompok intervensi.
Tabel 4.5 Hasil pengujian pengaruhkecukupan ASI hari ke 1 dengan kecukupan ASI hari ke 8 pada kelompok intervensi
Kecukupan ASI
Rata-Rata
t
Probabilitas
Hari ke 1
6.647
-6.260
0.000
Hari ke 8
8.176
Berdasarkan hasil pengujian yang tertera pada tabel di atas dapat diketahui bahwa statistik uji t yang dihasilkan sebesar -6.260 dengan probabilitas sebesar 0.000. Hal ini berarti probabilitas < α (0.05), dengan demikian dapat dinyatakan bahwa ada perbedaan yang signifikan kecukupan ASI hari ke 1 dengan kecukupan ASI hari ke 8 pada kelompok intervensi. Ditinjau dari nilai rata-rata, rata-rata kecukupan ASI hari ke 8 pada kelompok intervensi lebih tinggi dibandingkan rata-rata kecukupan ASI hari ke 1. Hal ini menunjukkan bahwa kecukupan ASI hari ke 8 pada kelompok intervensi lebih baik dibandingkan kecukupan ASI hari ke 1.
- Analisis Perbedaan Kecukupan ASI Hari ke-1 dengan Kecukupan ASI Hari ke-8 pada Kelompok Kontrol (Kelompok yang Tidak Diberikan Teh Daun Katuk)
Pengujian kenormalan data kecukupan ASI hari ke 1 dan kecukupan ASI hari ke 8 pada kelompok kontrol bertujuan untuk mengetahui normal tidaknya data tersebut. Pengujian kenormalan data dilakukan menggunakan Shapiro Wilk, dengan kriteria apabila nilai probabilitas >level of significance (alpha = 5%) maka data kecukupan ASI hari ke 1 dan kecukupan ASI hari ke 8 pada kelompok kontrol dinyatakan normal. Hasil pengujian normalitas data kecukupan ASI hari ke 1 dan kecukupan ASI hari ke 8 pada kelompok kontrol dapat dilihat melalui tabel berikut
Tabel 4.6 Pengujian Kenormalan Data
Normality Test Of Kecukupan ASI
Kecukupan ASI
Shapiro Wilk
Sig.
Keterangan
Hari Ke 1
0.917
0.129
Terpenuhi
Hari Ke 8
0.841
0.008
Tidak Terpenuhi
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa pengujian normalitas data kecukupan ASI hari ke 1 dan kecukupan ASI hari ke 8 pada kelompok kontrol masing-masing menghasilkan statistik Shapiro wilk sebesar 0.917 dan 0.841 dengan probabilitas masing-masing sebesar 0.129 dan 0.008. Hal ini dapat diketahui bahwa pengujian normalitas data kecukupan ASI hari ke 1 kelompok kontrol menghasilkan probabilitas > alpha (5%), sehingga data tersebut dinyatakan berdistribusi normal. Sedangkan pengujian normalitas data kecukupan ASI hari ke 8 kelompok kontrol menghasilkan probabilitas < alpha (5%), sehingga data tersebut dinyatakan tidak berdistribusi normal
- Pengujian Hipotesis Pengaruh Kecukupan ASI Hari ke-1 dengan Kecukupan ASI Hari ke-8 pada Kelompok Kontrol (Kelompok yang Tidak Diberikan Teh Daun Katuk)
Pengujian hipotesis perbedaan kecukupan ASI hari ke 1 dengan kecukupan ASI hari ke 8 pada kelompok kontrol dilakukan menggunakan Wilcoxon test dengan hipotesis sebagai berikut
H1 : Ada pengaruh yang signifikan kecukupan ASI hari ke 1 dengan kecukupan ASI hari ke 8 pada kelompok control.
Kriteria pengujian menyebutkan apabila probabilitas < α (5%) maka H0 ditolak dan H1 diterima, sehingga dapat dinyatakan bahwa ada perbedaan yang signifikan kecukupan ASI hari ke 1 dengan kecukupan ASI hari ke 8 pada kelompok kontrol.
Tabel 4.7 Hasil pengujian pengaruh kecukupan ASI hari ke 1 dengan kecukupan ASI hari ke 8 pada kelompok
kontrol
Kecukupan ASI
Rata-Rata
z
Probabilitas
Hari ke 1
6.529
-2.511
0.012
Hari ke 8
7.294
Berdasarkan hasil pengujian yang tertera pada tabel di atas dapat diketahui bahwa statistik uji z yang dihasilkan sebesar -2.511 dengan probabilitas sebesar 0.012. Hal ini berarti probabilitas < α (0.05), dengan demikian dapat dinyatakan bahwa ada perbedaan yang signifikan kecukupan ASI hari ke 1 dengan kecukupan ASI hari ke 8 pada kelompok kontrol.
Ditinjau dari nilai rata-rata, rata-rata kecukupan ASI hari ke 8 pada kelompok kontrol lebih tinggi dibandingkan rata-rata kecukupan ASI hari ke 1. Hal ini menunjukkan bahwa kecukupan ASI hari ke 8 pada kelompok kontrol lebih baik dibandingkan kecukupan ASI hari ke 1.
- Analisis Perbedaan Kecukupan ASI Hari ke-8 pada Kelompok Intervensi (Kelompok yang Diberikan Teh Daun Katuk) dengan Kecukupan ASI Hari ke-8 pada Kelompok Kontrol (Kelompok yang Tidak Diberikan Teh Daun Katuk)
Pengujian hipotesis perbedaan kecukupan ASI hari ke 8 pada kelompok intervensi dengan kecukupan ASI hari ke 8 pada kelompok kontrol dilakukan menggunakan Mann Whitney test dengan hipotesis sebagai berikut
H1 : Ada perbedaan yang signifikan kecukupan ASI hari ke 8 pada kelompok intervensi dengan kecukupan ASI hari ke 8 pada kelompok control.
Kriteria pengujian menyebutkan apabila probabilitas < α (5%) maka H0 ditolak dan H1 diterima, sehingga dapat dinyatakan bahwa ada perbedaan yang signifikan kecukupan ASI hari ke 8 pada kelompok intervensi dengan kecukupan ASI hari ke 8 pada kelompok kontrol.
Tabel 4.8 Hasil pengujian perbedaan kecukupan ASI hari ke 8 pada kelompok intervensi dengan kecukupan ASI hari ke 8 pada kelompok control
Kecukupan ASI Hari ke 8
Rata-Rata
Z
Probabilitas
Kelompok Intervensi
8.176
-2.270
0.023
Kelompok Kontrol
7.294
Berdasarkan hasil pengujian yang tertera pada tabel di atas dapat diketahui bahwa statistik uji z yang dihasilkan sebesar -2.270 dengan probabilitas sebesar 0.023. Hal ini berarti probabilitas < α (0.05), dengan demikian dapat dinyatakan bahwa ada perbedaan yang signifikan kecukupan ASI hari ke 8 pada kelompok intervensi dengan kecukupan ASI hari ke 8 pada kelompok kontrol.
Ditinjau dari nilai rata-rata, rata-rata kecukupan ASI hari ke 8 pada kelompok intervensi lebih tinggi dibandingkan rata-rata kecukupan ASI hari ke 8 pada kelompok kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa kecukupan ASI hari ke 8 pada kelompok kontrol lebih baik dibandingkan kecukupan ASI hari ke 1.
Pembahasan
Setiap hari peneliti melakukan recall terhadap responden dalam hal mengkonsumsi ekstrak teh daun katuk. Walaupun sebagian ibu yang mengalami masalah ASI tetapi mereka tetap memberikan ASI eksklusif. Ketika peneliti mengunjungi responden untuk menanyakan apakah ada efek dari teh daun katuk terhadap tubuh ternyata tidak ada efek samping karena sesuai dengan dosis. Kandungan dari alkaloid dan strerol yang terkandung di dalam daun katuk dapat meningkatkan produksi ASI. Sehingga kebutuhan ASI yang akan diberikan terhadap bayi pada periode menyusui dapat terpenuhi(Aulianova, 2016)
Masalah kesehatan merupakan salah satu aspek penting yang harus diperhatikan, salah satunya adalah pemberian ASI eksklusif pada bayi. Dengan memberikan ASI eksklusif pada bayi dapat memberikan pertahanan tubuh yang kuat dibandingkan dengan yang tidak mendapatkan ASI, selain itu ASI juga membentuk jaringan otak karena mengandung omega 3 untuk pematangan sel-sel otak (Asifah,2017).
Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI adalah makanan ibu. Makanan yang dimakan seorang ibu yang sedang menyusui tidak secara langsung mempengaruhi mutu ataupun jumlah air susu yang dihasilkan. Unsur gizi dalam 1 liter ASI setara dengan unsur gizi yang terdapat dalam 2 piring nasi ditambah 1 butir telur. Jadi, diperlukan energi yang sama dengan jumlah energi yang diberikan 1 piring nasi untuk membuat 1 liter. Apabila ibu yang sedang menyusui bayinya tidak mendapatkan tambahan makanan maka akan terjadi kemunduran dalam produksi ASI (Khasanah, 2013).
Hasil penelitian ini juga sejalan denganPenelitianSuprayogi et al. (2015) tentang pengaruh daun katuk pada peningkatan produksi ASI. Hasil menunjukkan respon positif pada peningkatan produksi susu secara nyata pada semua dosis pemberian dibandingkan dengan kelompok kontrol, dengan persentasi peningkatan secara berurutan adalah 35, 40 dan 34 %. Kemungkinan hal ini karena senyawa aktif non-polar dalam Katuk peran penting dalam aksi hormonal dan metabolik di kelenjer ASI.
Selain itu, Akbar et.al (2016) melakukan penelitian untuk melihat pengaruh pemberian tepung daun katuk terhadap produksi air susu ibu postpartum selama 3 minggu awal masa postpartum. Hasil penelitian menunjukan bahwa penambahan daun katuk dapat meningkatkan produksi ASI dan BB anak selama 3 minggu perlakuan tetapi tidak mempengaruhi mortalitas anak dan respon imun.
Suprayogi et.al (2016) melakukan penelitian tentang fraksi daun katuk sebagai obat untuk memperbaiki produksi ASI. Hasil penelitian ini memberikan respon positif terhadap total produksi ASI selama 10 hari laktasi. dikemukakan keberadaan senyawa – senyawa aktif dalam daun katuk, yang merupakan prekursor hormon progesteron dan estrogen.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
- Usia ibu pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol lebih banyak didapatkan pada ibu yang berusia 20-35
- Konsumsi alkohol pada kelompok intervensi dan kontrol lebih banyak ibu yang tidak mengkonsumsi alkohol.
- Pada kelompok intervensi, kecukupan ASI sebelum diberikan perlakuan Teh Daun Katuk yaitu terbanyak dengan tidak cukup ASI.
- Pada kelompok intervensi, kecukupan ASI sesesudah diberikan perlakuan Teh Daun Katuk yaitu 14 bayi (82,3%) dengan cukup ASI.
- Ada perbedaan pemberian teh daun katuk terhadap peningkatan kecukupan
Saran
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka peneliti memberikan saran-saran sebagai berikut :
- Bagi tempat penelitian
Diharapkan supaya dapat memberikan Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE)yang lebih intensif kepada ibu menyusui mengenai ASI ekslusif dan menyarankan teh daun katuk sebagai terapi non farmakologi sehingga dapat meningkatkan kecukupan ASI.
- Bagi responden
Disarankan pada ibu-ibu menyusui agar dapat mengkonsumsi teh daun katuk untuk meningkatkan produksi ASI agar dapat memberikan ASI eksklusif kepada bayinya hingga usia 6 bulan dan juga cara mengkonsumsi teh daun katuk ini lebih praktis.
- Bagi peneliti selanjutnya
Disarankan dari hasil penelitian ini agar dapat digunakan sebagai acuan bagi peneliti lain terutama yang ingin meneliti lebih lanjut mengenai pengaruh teh daun katuk terhadap kecukupan ASI pada ibu menyusui dengan meningkatkan jumlah waktu penelitian, memperbanyak jumlah populasi, serta dapat melakukan penelitian lebih lanjut bagaimana mengolah teh daun katuk sendiri sehingga lebih ekonomis.
DAFTAR PUSTAKA
Aeni dan Yuhandini. 2018. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Media Video Dan Metode Demonstrasi Terhadap Pengetahuan SADARI. Jurnal Care Vol .6, No.2, Tahun 2018. (Diakses tanggal : 26 Oktober 2020)
Adam, M. (2016). Perawatan Payudara pada Masa Kehamilan dan Pemberian ASI Eksklusif Jurnal Ilmiah Kebidanan, 4(2), 77–83.
Adinda,F. (2016). Peran ASI Bagi Tumbuh Kembang Anak. World Breastfeeding Week.
Anatolitou, F. (2012). Human milk benefits and breastfeeding. Journal of Pediatric and Neonatal Individualized Medicine,1(1),11–18. https://doi.org/10.7363/010113
Arvin, K. B. (2017). Nelson Ilmu Keperawatan Anaked. 15 (alih bahas; A. Samik Wahab, ed.). Jakarta: EGC.
Aulianova, R. S. dan T. (2016). Efektivitas Ekstraksi Alkaloid dan Sterol Daun Katuk (Sauropusandrogynus) terhadap Produksi ASI. Jurnal Majority, 5 (1), 117–121.
Carsel, S. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan dan Pendidikan. Retrieved from https://books.google.co.id/books?isbn=6025888469
Clark, D. L. & C. R. & N. M. (2011). Breastfeeding : A Priority for UNICEF. Breastfeeding Medicine,Vol.6, No.https://doi.org/10.1089/bfm.2011.008
Dharma, K. K. (2011). Metodologi Penelitian Keperawatan: Panduan Melaksanakan dan Menerapkan Hasil Penelitian. Jakarta: TransInfo Media. Eni, A. &. (2010). Kapita Selekta: ASI & Menyusui. Yogyakarta: Nuha Medika.
Fikawati, Dkk, 2015. Gizi Ibu Dan Bayi. PT. Raja grafindo Persada, Jakarta
Hackman NM. (2017). Breastfeeding outcome comparison by parity. Breastfeeding Medcine,Vol 10, Number 3.
Hastono, sutanto priyo. (2016). Analisis Data Pada Bidang Kesehatan. Jakarta: Rajawali Pers.
Hubertin S P. (2016). Konsep Penerapan ASI Eksklusif (Buku Saku Untuk Bidan). Jakarta: EGC.
Idris, F. (2018). Membesarkan Anak Hebat Dengan Susu Ibu. Kuala Lumpur: Prin ADSDNBHD.
Ikatan Dokter Anak Indonesia. (2015). Nilai Nutrisi Air Susu Ibu. Retrieved from http://idai.or.id
Juliastuti. (2019). Efektivitas Daun Katuk (Sauropusandrogynus) Terhadap Kecukupan ASI pada Ibu Menyusui di Puskesmas Kuta Baro Aceh Besar. Indonesian Journal for Health Sciences, 3(1), 1–5.
Kamariyah, N. (2015). Kondisi psikologi mempengaruhi produksi ASI ibu menyusui di BPSASKI Pakis Sido Kumpul Surabaya. Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol 2, No 7.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Profil Kesehatan Indonesia.Health Statistics.
Kementerian Kesehatan RI. (2019). Laporan Nasional Riskesdas 2018. Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2018). Profil Kesehatan Indonesia 2017 (Indonesia Health Profile 2017). 1–184. Retrieved from http://www.pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil- kesehatan-indonesia/Data-dan-Informasi_Profil-Kesehatan-Indonesia-2017.pdf
Kitano N. (2016). Combined Effectsof Maternal Age and Parity I nSuccessful Initiation of Ekslusive Breastfeeding. Elsevier, 121–126.
Kristianti, S., dan S. P. (2017). Exclusive Breastfeeding Support from Family and Health care Provider. Journal of Nursing and Health Science,vol 6 (4), 36–40.
Kristiyanasari, A. W. (2009). Neonatus dan Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta: Nuha Medika.
Kusumaningrum, T. (2016). Gambaran Faktor-Faktor Ibu yang Tidak
MemberikanASIEksklusif diDesa CepokosawitKabupaten Boyolali.
Kuswati, E. S. &. (2015). Pengaruh Konsumsi Ekstrak Daun Katuk Terhadap
Kecukupan Asi Pada Ibu Menyusui Di Klaten. 132–135.
Lestari, D., R. Zuraida., dan T. A. L. (2016). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Air Susu Ibu dan Pekerjaan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Fajar Bulan. Medical Journal of Lampung University,2(4),10–13.
Lusiana, N. (2015). Buku Ajar Metodologi Penelitian Kebidanan. Retrieved from https://books.google.co.id/books?isbn=6022806682
Monika, F. B. (2014). Buku Pintar ASI dan Menyusui. Jakarta Selatan: Naura Books.
Mursyida, A., W. (2015). Hubungan umur ibu dan paritas dengan pemberian ASI ekslusif pada bayi berusia 0-6 bulan di Puskesmas Pembina Palembang tahun 2015.
Nassar. (2010). Makanan Bayi dan Ibu Menyusui. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Nurjanah, S. N. (2013). Asuhan Kebidanan Postpartum. Bandung: PT Refika Aditama.
Permatasari, I. & D.A. & F.R. (2016). Analisis Pengetahuan dan Perilaku Ibu Bekerja Seputar Manajemen Laktasi. Seminar Dan Workshop Nasional Keperawatan, 173–177.
Pranajaya & Rudiyanti. (2018). Determinan Produksi ASI pada Ibu Menyusui. Jurnal Keperawatan, Vol IX(2).
Rahmanisa, S. & T. A. (2016). Efektivitas Ekstraksi Alkaloid dan Sterol Daun Katuk (Sauropus androgynus ) terhadap Produksi ASI. 5, 117–121.
Rahmawati A., P. B. (2017). Analisis faktor yang mempengaruhi produksi Air Susu Ibu (ASI) pada ibu menyusui yang bekerja. Jurnal Ners Dan Kebidanan, 2(4).
Roesli, U. (2017). Mengenal ASI Eksklusif (1st ed.). Jakarta: Trubus Agriwidya. Sandra, F.(2015). Gizi Ibu dan Bayi. Jakarta: Rajawali Pers.
Santoso, U. (2016). Pengaruh Cara Pemberian Ekstrak Daun Katuk (Sauropusandrogynus (L) Merr) Terhadap Penampilan dan Kualitas Karkas Ayam Pedaging. JITV, 7(3), 144–149.
Savitri, R. A. & I. (2018). Pengaruh Pemberian ASI Eksklusif di BPM Maimunah Palembang. 9, 330–334.
Setiawandari, I. (2017). Efektifitas Ekstrak Sauropus Androgynus (Daun Katuk) Dan Ekstrak Moringa Oleifera Lamk (Daun Kelor) Terhadap Proses Persalinan, Produksi Kolostrum dan Proses Involusi Uteri Ibu. Jurnal Kebidanan, Ix(I), 16–23.
Sherwood, L. (2017). Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC.
Sohimah, L. & Y. A. (2017). Analisis Faktor Pemberian (ASI) Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Cilacap Tengah I Kabupaten Cilacap Tahun 2017. Jurnal Ilmiah Kebidanan, 8(2), 125–137. Or Yang Mempengaruhi Pemberian Air Susu Ibu.
Referensi
Aeni dan Yuhandini, 2018, Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Media Video Dan Metode Demonstrasi Terhadap Pengetahuan SADARI. Jurnal Care, 6(2).
Adam, M., 2016, Perawatan Payudara pada Masa Kehamilan dan Pemberian ASI Eksklusif Jurnal Ilmiah Kebidanan, 4(2), 77–83.
Adinda, F., 2016, Peran ASI Bagi Tumbuh Kembang Anak. World Breastfeeding Week.
Anatolitou, F., 2012, Human milk benefits nd breastfeeding. Journal of Pediatric and Neonatal Individualized Medicine, 1(1),11–18.
Arvin, K. B., 2017, Nelson Ilmu Keperawatan Anaked. 15 (alih bahas; A. Samik Wahab, ed.). Jakarta: EGC.
Aulianova, R. S. dan T., 2016, Efektivitas Ekstraksi Alkaloid dan Sterol Daun Katuk (Sauropusandrogynus) terhadap Produksi ASI. Jurnal Majority, 5 (1), 117–121.
Carsel, S., 2018, Metodologi Penelitian Kesehatan dan Pendidikan. Retrieved from https://books.google.co.id/books?isbn=6025888469
Clark, D.L., 2011, Breastfeeding : A Priority for UNICEF. Breastfeeding Medicine,Vol.6, No.https://doi.org/10.1089/bfm.2011.008
Dharma, K.K., 2011, Metodologi Penelitian Keperawatan: Panduan Melaksanakan dan Menerapkan Hasil Penelitian. Jakarta: TransInfo Media.
Eni, A., 2010, Kapita Selekta: ASI & Menyusui. Yogyakarta: Nuha Medika.
Fikawati, et al, 2015, Gizi Ibu Dan Bayi. PT. Raja grafindo Persada, Jakarta
Hackman N,M., 2017, Breastfeeding outcome comparison by parity. Breastfeeding Medcine, 10(3).
Hastono, S.P., 2016, Analisis Data Pada Bidang Kesehatan. Jakarta: Rajawali Pers.
Hubertin S,P., 2016, Konsep Penerapan ASI Eksklusif (Buku Saku Untuk Bidan). Jakarta: EGC.
Idris, F., 2018, Membesarkan Anak Hebat Dengan Susu Ibu. Kuala Lumpur: Prin ADSDNBHD.
Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2015, Nilai Nutrisi Air Susu Ibu. Retrieved from http://idai.or.id
Juliastuti, 2019, Efektivitas Daun Katuk (Sauropusandrogynus) Terhadap Kecukupan ASI pada Ibu Menyusui di Puskesmas Kuta Baro Aceh Besar. Indonesian Journal for Health Sciences, 3(1),1–5.
Kamariyah, N., 2015, Kondisi psikologi mempengaruhi produksi ASI ibu menyusui di BPSASKI Pakis Sido Kumpul Surabaya. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 2(7).
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2017, Profil Kesehatan Indonesia.Health Statistics.
Kementerian Kesehatan RI, 2019), Laporan Nasional Riskesdas 2018. Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2018, Profil Kesehatan Indonesia 2017 (Indonesia Health Profile 2017). 1–184. Retrieved from http://www.pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil- kesehatan-indonesia/Data-dan-Informasi_Profil-Kesehatan-Indonesia-2017.pdf
Kitano N., 2016, Combined Effectsof Maternal Age and Parity I Successful Initiation of Ekslusive Breastfeeding. Elsevier, 121–126.
Kristianti, S., dan S.P., 2017, Exclusive Breastfeeding Support from Family and Health care Provider. Journal of Nursing and Health Science, 6(4), 36–40.
Kristiyanasari, A.W., 2009, Neonatus dan Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta: Nuha Medika.
Kusumaningrum, T., 2016, Gambaran Faktor-Faktor Ibu Yang Tidak Memberikan ASI Eksklusif di Desa Cepokosawit Kabupaten Boyolali. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Kuswati, E. S., 2015, Pengaruh Konsumsi Ekstrak Daun Katuk Terhadap Kecukupan Asi Pada Ibu Menyusui Di Klaten. Jurnal Ilmu Kesehatan, 5(2), 132–135.
Lestari, D., R., Zuraida., 2016, Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Air Susu Ibu dan Pekerjaan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Fajar Bulan. Medical Journal of Lampung University, 2(4),10–13.
Lusiana, N., 2015, Buku Ajar Metodologi Penelitian Kebidanan. Retrieved from https://books.google.co.id/books?isbn=6022806682
Monika, F.B., 2014, Buku Pintar ASI dan Menyusui. Jakarta Selatan: Naura Books.
Mursyida, A., W., 2015, Hubungan umur ibu dan paritas dengan pemberian ASI ekslusif pada bayi berusia 0-6 bulan di Puskesmas Pembina Palembang tahun 2015.
Nassar, 2010, Makanan Bayi dan Ibu Menyusui. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Nurjanah, S.N., 2013, Asuhan Kebidanan Postpartum. Bandung: PT Refika Aditama.
Permatasari, I., 2016, Analisis Pengetahuan dan Perilaku Ibu Bekerja Seputar Manajemen Laktasi. Seminar Dan Workshop Nasional Keperawatan, 173–177.
Pranajaya & Rudiyanti, 2018, Determinan Produksi ASI pada Ibu Menyusui. Jurnal Keperawatan, Vol IX(2).
Rahmanisa, S., Aulianova, T., 2016, Efektivitas Ekstraksi Alkaloid dan Sterol Daun Katuk (Sauropus androgynus ) terhadap Produksi ASI.url={https://api.semanticscholar.org/CorpusID:191696680}
Rahmawati A., 2017, Analisis faktor yang mempengaruhi produksi Air Susu Ibu (ASI) pada ibu menyusui yang bekerja. Jurnal Ners Dan Kebidanan, 2(4).
Roesli, U., 2017, Mengenal ASI Eksklusif (1st ed.). Jakarta: Trubus Agriwidya.
Sandra, F, 2015, Gizi Ibu dan Bayi. Jakarta: Rajawali Pers.
Santoso, U., 2016, Pengaruh Cara Pemberian Ekstrak Daun Katuk (Sauropusandrogynus (L) Merr) Terhadap Penampilan dan Kualitas Karkas Ayam Pedaging. JITV, 7(3), 144–149.
Afriyani, R., Savitri, I., Sa’adah, N., 2018, Pengaruh Pemberian ASI Eksklusif di BPM Maimunah Palembang. Jurnal Kesehatan, 9(2), 330–334.
Setiawandari, I., 2017, Efektifitas Ekstrak Sauropus Androgynus (Daun Katuk) Dan Ekstrak Moringa Oleifera Lamk (Daun Kelor) Terhadap Proses Persalinan, Produksi Kolostrum dan Proses Involusi Uteri Ibu. Jurnal Kebidanan, IX(I), 16–23.
Sherwood, L., 2017, Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC.
Sohimah, L., 2017, Analisis Faktor Pemberian (ASI) Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Cilacap Tengah I Kabupaten Cilacap Tahun 2017. Jurnal Ilmiah Kebidanan, 8(2), 125–137.
Unduhan
Diterbitkan
Cara Mengutip
Terbitan
Bagian
Lisensi
Hak Cipta (c) 2025 Jurnal Forum Kesehatan : Media Publikasi Kesehatan Ilmiah

Artikel ini berlisensi Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.
Pemberitahuan Hak Cipta
Naskah yang dikirim penulis ke Jurnal Forum Kesehatan bila diterima dan layak terbit maka hak cipta harus diberikan kepada Jurnal Forum Kesehatan selaku penerbit jurnal.
Copyright meliputi hak eksklusif untuk mereproduksi dan memberikan artikel di semua bentuk dan media, termasuk cetak, foto, mikro film dan setiap reproduksi lain yang sejenis serta terjemahan. Reproduksi setiap bagian dari jurnal ini, penyimpanan dalam data base dan transmisi oleh media, seperti elektronik, elektrostatik dan mekanik salinan, fotokopi, rekaman, media magnetik, dll akan diizinkan hanya dengan izin tertulis dari Jurnal Forum Kesehatan
Jurnal Forum Kesehatan menjamin para editor melakukan segala upaya untuk memastikan bahwa tidak ada data yang salah atau menyesatkan, pendapat atau pernyataan dipublikasikan dalam jurnal.